top of page

Beringin

The Sacred Banyan Trees

Terletak di hutan beringin yang berada di antara sungai, gunung dan laut, lokasi Kraton Yogyakarta dipilih berdasarkan potensi ekologi dan kosmologisnya. Dalam konsep ini, banyak komponen penyusun ruang yang memiliki simbol dan makna tertentu. Simbol tidak hanya pada bangunan atau ornamen, tetapi juga dalam pemilihan dan penataan pohon dan vegetasi. Pohon dan vegetasi tertentu, dengan makna simbolis dan sakral, dipilih dengan cermat untuk ditanam di area tertentu di Kraton.

Ringin (Beringin) dianggap sebagai pohon yang paling penting dan suci di Kraton dan dipandang sebagai pelindung dan sumber kehidupan. Pohon beringin sering disebut sebagai perwujudan kosmik Wisnu, pemelihara dan pelindung alam semesta dalam tradisi Hindu, dan juga penting bagi istana kerajaan Jawa.

Sepasang beringin ini mengapit Sumbu Filosofi, sejajar dengan dua pasang di Alun-Alun Utara, bernama Kiai Jenggot dan Kiai Dewadaru. Dilihat sebagai pusaka suci, pohon beringin ini ‘dibersihkan’ dan dipangkas saat upacara Jamasan Pusaka setiap bulan Sura dalam penanggalan Jawa

Located in the Banyan forest located between the rivers, the mountain and the sea, Kraton Yogyakarta’s location was chosen based on its ecological and cosmological potential. Within this concept, there are many components that make up space that have certain symbols and meanings. Symbols are not only the buildings or ornaments, but also in the selection and arrangement of trees and vegetation. Specific trees and vegetation, with symbolic and sacred meanings, are carefully chosen to be planted in certain areas in the Kraton.

The Banyan (Beringin) is considered as the most significant and sacred tree in the Kraton and is viewed as the protector and source of life. Banyan trees are often referred to as cosmic embodiment of Vishnu, the preserver and protector of the universe in Hindu tradition, and were also significant for the royal courts of Java.

This pair of Banyan flanks the Cosmological Axis, in alignment with the two pairs at Alun-Alun Selatan, named Supit Urang and Kiai Wok. Seen as sacred heirlooms, these Banyan trees are ‘cleansed’ and pruned during the Jamasan Pusaka ceremony every Sura month of the Javanese calendar.

bottom of page