Deskripsi
Description
Panggung Krapyak dibangun pada tahun 1782 M pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I. Monumen ini berbentuk seperti piramida terpotong, berukuran 17,6 m x 15 m x 10 m, dan terbuat dari bata yang diplester dengan campuran pasir dan batu kapur. Panggung Krapyak terdaftar dalam daftar warisan nasional pada tahun 2011 (SK Menteri No. PM.89/PW.007/MKP/2011). Bangunan ini terletak di ujung selatan Sumbu Filosofi dan berbentuk yoni, simbol perempuan dalam agama Hindu. Bangunan tersebut sebenarnya berpasangan dengan Tugu (berbentuk lingga, lambang laki-laki dalam agama Hindu) yang terletak 6 km di ujung utara Sumbu Filosofi. Tata letak ini dirancang untuk menciptakan sumbu antara Gunung Merapi yang keramat di utara dengan Samudra Hindia di selatan, tetapi dalam skala yang lebih kecil. Makna lain yang dilekatkan pada Panggung Krapyak berhubungan dengan siklus kehidupan. Dalam hal ini Panggung Krapyak melambangkan Rahim tempat terjadinya pembuahan kehidupan dan merupakan titik awal perjalanan manusia di dunia.
Panggung Krapyak dibangun di tengah hutan perburuan kerajaan dan secara historis digunakan oleh Sultan untuk melihat kepiawaian prajuritnya dalam berburu rusa. Bentuk dan bahan bangunan ini asli, meskipun kawasan perburuan kerajaan telah hilang dan menjadi pemukiman perkotaan. Panggung Krapyak hingga kini tetap memiliki makna penting bagi Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat dan masyarakat setempat. Sesajen dilakukan di situs Panggung Krapyak oleh Kraton setiap tahun sebagai bagian dari upacara Tingalan Dalem (ulang tahun Sultan). Arti penting monumen ini bagi masyarakat setempat dibuktikan dengan Festival Panggung Krapyak berupa pertunjukan seni musik serta kegiatan lainnya di lokasi itu.
Alamat
Address
59C6+W6X, Jalan KH. Ali Maksum, Krapyak Kulon, Panggungharjo, Kec. Sewon, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55188, Indonesia
Detil Atribut
Attribute Details
Attribute Type
Structure
Attribute #
A.1
Component
1
Year Built
1760 CE
Ownership
The Sultanate
Panggung Krapyak Monument was constructed in 1782 CE during the reign of Sri Sultan Hamengku Buwono I. The monument is shaped like a truncated pyramid, measures 17.6 m x 15 m x 10 m, and is made of bricks plastered with a mixture of sand and limestone. Panggung Krapyak Monument was listed on the national heritage register in 2011 (SK Menteri No. PM.89/PW.007/MKP/2011). The building is located in the southern end of the Cosmological Axis and is in the shape of yoni, the female symbol in Hinduism. The monument is paired with the Tugu Monument (shaped as a lingga, the male symbol in Hinduism) located 6km along the axis to the north. This arrangement was designed to create- in smaller scale, the axis between the sacred Mount Merapi in the north and Indian Ocean in the south. A further layer of meaning relates to the cycle of life, where the monument represents a womb where conception of life occurs and is the starting point of a human’s journey in the world.
Panggung Krapyak Monument was built in the middle of a royal hunting area and historically was used by the Sultan to observe the skill of his soldiers in deer hunting. The form and material of this building is original, though the royal hunting area has gone and it has become an urban settlement. The Panggung Krapyak Monument has ongoing significance to the Sultanate of Ngayogyakarta Hadiningrat and the local community. Offerings (sesajen) are made at the Panggung Krapyak site by the Sultanate each year as part of the Tingalan Dalem (Sultan’s birthday) ceremonies. The monument also has significance for the local community as evidenced by the Panggung Krapyak Festival which includes arts performaces, music and other activities practiced at the site.