Deskripsi
Description
Pasar Beringharjo terletak sekitar 500 meter di utara Kraton di sisi timur Sumbu Filosofi. Pasar ini didirikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I dan beroperasi di posisi yang sama hingga saat ini. Pasar ini terdaftar sebagai cagar budaya nasional pada tahun 2011 (SK Menteri NoPM.89/PW.007/ MKP/2011). Dalam konsep tradisional Jawa, ibukota harus mempunyai pasar yang diletakkan di sebelah timur laut kraton. Pasar menunjukkan kemampuan raja memberikan kemakmuran bagi rakyatnya. Sebagai bagian Sumbu filosofi yang bermakna siklus hidup manusia, pasar melambangkan godaan material yang dapat mengganggu kehidupan yang mulia.
Bentuk asli pasar ini menggunakan lapak kayu yang sangat sederhana dan direnovasi oleh Kraton pada awal abad ke-20 dan diganti dengan struktur beton dengan fasad dengan gaya arsitektur art deco. Sementara bentuk pasar telah berubah, posisi dan makna dalam skema perencanaan Sumbu Filosofi tetap ada. Demikian pula fungsinya tetap terjaga, dengan makanan tradisional, kain, jamu yang dijual di pasar hingga saat ini. Pasar merupakan tempat penting untuk perdagangan tekstil, dan Batik Nitik (Batik khusus dari Kraton) dan Lurik (kain tenun dari Kraton) juga dijual di pasar ini.
Alamat
Address
Jl. Margo Mulyo No.16, Ngupasan, Kec. Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55122, Indonesia
Detil Atribut
Attribute Details
Attribute Type
Buildings
Attribute #
C.2
Component
1
Year Built
1758 CE
Ownership
Provincial
Government
Beringharjo Market (Pasar Beringharjo) is located about 500m north of the Kraton on the east side of the Cosmological Axis. This market was established by Sri Sultan Hamengku Buwono I and has operated in the same position until this day. The market was listed as national heritage in 2011 (SK Menteri NoPM.89/PW.007/MKP/2011). The Javanese concept of a capital city requires the Sultan to provide the market. The position of the market should be placed to the northeast of the palace and demonstrates the capability of the King to provide prosperity to his people. In the cosmological journey of life imbued in the Yogyakarta city design, the location of the market also symbolises material temptation, and the need to detach oneself from these temptations to live an honourable life.
The original form of the market used very simple wooden shelters and was renovated by the Sultanate in the early 20th century and replaced with a concrete structure with an art deco influenced façade. While the form of the market has changed, the position and meaning in the planning scheme of the Cosmological Axis has remained. Similarly, the function has remained, with the traditional foods, cloth, medicine (jamu) sold in the market to this day. The market is an important place for trade in textiles, and Batik Nitik (special Batik from the Kraton) and Lurik (woven cloth from the Kraton) is also sold in this market.