Deskripsi
Description
Tugu terletak di bagian paling utara dari kawasan yang dinominasi di ujung jalan Margoutomo. Tugu terdaftar dalam Cagar Budaya Nasional pada tahun 2007 (SK Menteri No.PM.25/PW.007/MKP/2007). Bentuk aslinya adalah Golong Gilig, tugu berbentuk silinder setinggi 25m dengan bentuk bulat di atasnya, yang melambangkan persatuan rakyat dan Sultan. Tugu juga menjadi pusat perhatian Sultan selama meditasinya untuk bersatu dengan Tuhan.
Pada Tahun 1867, gempa bumi besar menghancurkan Tugu dan dibangun kembali dengan bentuk yang lebih rendah dan bentuk persegi yang meruncing ke atas. Strukturnya terbuat dari bata dengan plester kapur. Ukiran emas dan ornamen menutupi monumen, dengan tulisan di masing-masing dari empat sisi. Puncak tugu terbuat dari kayu jati dan berisi kepingan emas. Tugu melambangkan unsur laki-laki atau lingga (simbol laki-laki dalam agama Hindu). Ini dipasangkan dengan Panggung Krapyak (1A.1), sebagai yoni (lambang perempuan dalam agama Hindu) di Sumbu Filosofi paling selatan. Tugu juga diyakini sebagai rumah Kiai Jaga, roh penjaga (baureksa) kota berbentuk naga yang semula tinggal di hutan beringin di lokasi Kraton dibangun. Pada kesempatan tertentu perwakilan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, serta masyarakat setempat, menempatkan sesajen, di tugu ini.
Alamat
Address
Jl. Jend. Sudirman, Gowongan, Kec. Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55233, Indonesia
Detil Atribut
Attribute Details
Attribute Type
Structure
Attribute #
C.4
Component
1
Year Built
1755 CE (First contruction (Golong Gilig))
Ownership
Provincial
Government
The Tugu Monument is located in the northern most part of the nominated area at the end of the Margoutomo road. The Tugu Monument was listed on the National Heritage Register in 2007 (SK Menteri No. PM.25/PW.007/MKP/2007). The original form was a 25m tall cylindrical post (Tugu Golong Gilig) with a sphere on top, which signified the unity of the people and Sultan. This monument is also the central focus of the Sultan during his meditation to unite with God.
In 1867, a large earthquake destroyed the Tugu Monument. It was rebuilt in a much lower form and with a rectangular shape. The structure is brick with limestone render. Gold carvings and ornaments cover the monument, with inscriptions on each of the four faces. The spire of the monument is made of teak wood and contains a piece of gold. The Tugu Monument represents the male element or lingga (the symbol of male in Hinduism). This was paired with Panggung Krapyak Monument, as yoni (the symbol of female in Hinduism) at the southernmost part of the axis. The Tugu Monument is also believed to be the home of Kiai Jaga, the guardian spirit (baureksa) of the city in the shape of a naga (mythical dragon) who lived in the beringin forest on the site where the Kraton was built. On certain occasions representatives of the Sultanate of Ngayogyakarta Hadiningrat, as well as the local communty, place offerings (sesajen), at this monument.