top of page

Sekaten

Sekaten

Sekaten adalah upacara tradisional Jawa selama seminggu, festival, pasar malam dan pasar malam memperingati Maulid ( maulid Nabi Muhammad ), dirayakan setiap tahun di bulan Mulud pada Kalender Jawa. Kata 'sekaten' mungkin berasal dari kata Arab Syahadatain, atau dari seperangkat Gamelan bernama Kiai Sekati yang dimainkan pada masa Sekaten, berasal dari Majapahit dan kemudian dimiliki oleh Kerajaan Demak. Konon pada bulan Mulud di Kerajaan Demak, para Wali Sanga awalnya memainkan Gamelan Sekati, untuk mengumpulkan orang-orang, dilanjutkan dengan berdakwah tentang ajaran Islam. Bagian penting dari upacara ini adalah Miyos Gangsa, ketika Gamelan Sekati yang sakral (berusia lebih dari 400 tahun) dibawa dari Kraton ke Masjid Agung, untuk dimainkan terus menerus selama periode Sekaten.

Sekaten is a week-long Javanese traditional ceremony, festival, fair and night market commemorating Maulid (the birthday of the Prophet Muhammad), celebrated annually in Mulud month on the Javanese Calendar. The word ‘sekaten’ may have derived from the Arabic word Syahadatain, or from a set of Gamelan named Kiai Sekati played during Sekaten, originated from Majapahit and was later owned by the Kingdom of Demak. It is said that during Mulud month in the Kingdom of Demak, the Wali Sanga (the nine revered saints of Islam in Indonesia) initially played the Gamelan Sekati, to gather people around, followed by preaching on Islamic teaching. A key part of the ceremony is the Miyos Gangsa, when the sacred Gamelan Sekati (more than 400 years old) is taken from Kraton to the Great Mosque, to be played continuously for the whole period during Sekaten.

bottom of page